Pages

28 August, 2014

Making Money

Hai, pals!

Seminggu terakhir kemarin saya sedang disibukkan dengan segala kerempongan dan prekentengan dalam rangka berjualan di stand Pasar Kangen Jogja 2014. Ini kali pertama saya jualan makanan hasil olahan sendiri dan harus melayani pembeli yang cukup membludak.
'Cari duit itu gak gampang', adalah hal yang selalu terngiang di kepala saat harus menjual sebuah produk demi satu tujuan: menyejahterakan isi dompet. Sebenarnya ini bukanlah kali pertama saya berjualan. Riwayat berdagang saya dimulai semenjak SD kelas 4 dimana saya mulai menjajakan aksesoris milik tetangga nenek saya, mulai dari bros, peniti jilbab, tuding alquran, sampai tasbih. Jazakillah ya ukhti :) Buat anak seumuran saya waktu itu punya duit hasil jualan sendiri, seberapapun pendapatnya pastilah sudah senang. Beberapa tahun kemudian semasa SMA saya ikut teman jualan pin dan stiker yang saat itu lagi nge-heits di kalangan remaja (sampe sekarang dagangannya masih saya bawa hehehe...) Oiya selain itu di rumah saya punya warung, jadi berurusan dengan hal-hal berbau niaga sebetulnya sudah tidak asing lagi, meskipun kerap kali saya tidak terampil atau cekatan saat melayani customer. Menginjak masa perkuliahan, saya tertarik buat jualan kamera plastik, kamera yang terbuat dari plastik dan masih menggunakan film negatif untuk mengambil gambar. Lagi-lagi benda tersebut lagi nge-heits pada jamannya ketika kamera lomo dan kawan-kawannya menjajah pasar anak muda. Keuntungannya sangatlah lumayan, karena saya menjadi reseller dan supplier saya masih memasang harga yang sangat rendah. Namun lama kelamaan -mungkin- supplier saya sadar bahwa ''barang ini makin nge-heits dan saya harus mengoptimalkan keuntungan''. Jadilah harga jual reseller dinaikin hampir setengah persen sehingga saya juga males ambil barang.
sumber: tralalaaa

Memasuki masa akhir-akhir kuliah, yang seharusnya lekas berakhir, saya kembali melihat peluang untuk berjualan baju-baju 2nd hand yang merupakan dagangan seorang teman. Sebut saja Juwita, dia dan teman-temannya membentuk sebuah kongsi dagang yang menjual baju-baju 2nd namun seiring dengan kesibukan mereka, maka kongsi dagang ini sudah tidak ada lagi aktif berjualan. Maka saat ada event garage sale saya coba menghubungi teman saya ini dan hasilnya saya diijinkan menjual kembali barang-barang mereka. Terhitung sudah 3 kali saya menjual barang mereka di event semacam itu. Keuntungannya lumayan, pengalaman dan rekan baru pun saya peroleh.
Hal yang mungkin banyak mahasiswa lakukan saat di bangku perkuliahan mereka adalah berjualan untuk mencari pendanaan sebuah event atau program. Sering kita melihat di perempatan anak-anak muda menjual bunga, atau ngamen di tempat-tempat makan pinggir jalan. Biasanya mereka sedang mencari dana untuk membiayai KKN, makrab (malam keakraban untuk mahasiswa baru), atau fund raising buat pensi mereka. Kalau saya waktu itu sempat ngalamin yang namanya ngamen di sepanjang jalan kaliurang (sebelah barat GSP), kemudian jualan makan dan minum saat pendaftaraan ulang mahasiswa baru, sampai mau bikin trip keliling jogja naik sepeda tapi akhirnya gagal. Tujuannya macem-macem, ada yang buat dana KKN atau bikin acara buat maba. Susahnya nyari duit versi jualan ginian itu, capek dan nggak gampang nyari customer yang datang ke kita, karena kita model jualannya jemput bola alias keliling datengin orang satu-satu buat njajain barang kita. Nah hal ini cukup berbeda dengan event yang saya ikutin kemarin.
Nah event yang terakhir saya ikutin kemarin ini adalah event tahunan yang dengan mudah dibanjiri pengunjung. Namanya Pasar Kangen. Banyak penjual yang menjajakan barang-barang jadul, makanan dan minuman jadul, majalah bekas, kerajinan tangan, dan lain-lain. Selain letaknya di tengah kota dan dekat dengan tempat wisata maka faktor ini menjadi pengaruh yang signifikan terhadap ramainya pengunjung setiap hari terutama weekend. Bedanya dengan jualan-jualan saya periode sebelumnya, jualan di Pasar Kangen, ga usah rempong-rempong nyari pembeli karena dengan sendirinya mereka datang ke venue, beda dengan model jualan ngamen atau jemput bola.
Apa yang kita jual? Saya dan seorang teman, sebut saja Linggar, berjualan es jamu, Sate Keong, sate usus, sate telor, ceker mercon, dan spicy wing. Awalnya kita harus melalui perdebatan panjang hanya untuk memutuskan barang apa yang akan kita jual. Dari mau jualan roti cane, mendoan bakar, es setup, dan lain-lain. Mendekati hari H, saya kepikiran buat jualan sate keong dan teman saya mengusulkan ceker mercon, kebetulan dia bisa masaknya. Event ini berjalan selama 1 minggu, jadi cukup sangat menyita waktu saya apalagi 'me time' saya :(
Hari pertama dan kedua temen saya yang memasak ceker mercon, mulai tidak kuat lagi maka kami berbagi beban mau tidak mau, bisa tidak bisa saya harus mencoba memasak! Sebenarnya bukan soal berani atau malas memasaknya, tetapi kali ini porsi yang disuguhkan dalam skala besar dan harus layak jual! Sehari-hari masak nggak enak pun tetep dilahap juga. Sialnya lagi, kompor saya yang nyala cuma satu doang, padahal saya harus memasak berkilo-kilo sayap dan ceker ayam (padahal cuma 2 kilo aja!) Hasilnya tidak begitu buruk. Ceker dan sayap kita tetep ada yang beli dan mereka malah reorder lagi alias suka! Meski banyak yang bilang juga terlalu pedas sampai bibir mereka moncor-moncor hehehehe
Kerempongan demi kerempongan pun berdatangan, dari tiap pagi saya harus sudah belanja di pasar, siang hari mulai masak, mulai bikin packaging alias pincuk, sampai pada sore hingga petang hari mulai berjualan. Banyaknya customer yang datang ke stand kita cukup bikin rempong, karena kita hanya bertenaga 2 orang dan harus melayani segala macam pembeli dari yang annoying sampai yang nyenengin hehehehe tapi semua itu jadi pelajaran yang berharga banget! Gimana kita harus ngapalin order masing-masing pembeli, mencari mereka yang tiba-tiba menghilang saat pesanan sudah jadi, ceker dan sate yang seringkali jatuh dari panggangan, kesel juga kalo inget semua itu tapi sangat beruntung bisa mengalami itu semua.. cieee cieee cieee Untungnya nggak lumayan lagi! Tapi yang jelas bikin nggak manyun! hahahahaha Oiya, malahan beberapa kali customer kami udah ada yang nanyain dimana warung kita biasa buka, padahal ini adalah debut pertama kami berjualan makanan hehehehe... Saya heran juga ada beberapa customer bahkan banyak dari mereka yang tidak hanya jajan ke tempat kami satu atau dua kali saja tetapi hampir tiap hari bahkan beli dalam skala yang tidak kecil, misal beli buat dibawa pulang sampai 5 porsi, sampai saya hapal 'dia lagi dia lagi yang dateng' tapi dalam arti postifi, alias seneng banegt! Karena mereka telah mempercayakan kesejahteraan lidah dan perut pada kami! hahahahaha
Dari semua pengalaman di atas, hal yang paling tidak bisa dihindari adalah percekcokan rumah tangga dengan rekan bisnis kita. Jadi persiapkan mental, rohani, dan jasmani kalian sehingga pada waktunya kalian berjualan semua hal yang enak dan tidak mengenakkan dari partner kita bisa diatasi. Ingat, jangan sampai walkout ya! hehehehe

Oke, sekian dulu pengalaman kali ini semoga memberi pencerahan bagi kita semua.

Grazie belle!
 

No comments:

Post a Comment